twitter


          Di era serba teknologi ini Sob, pekerjaan apa sih yang ngga bisa dilakuin cewek? Hampir semua profesi yang identik cowok, sekarang sudah lumrah dikerjakan oleh kita para kaum hawa. Mulai dari supir kendaraan umum, sampai yang taraf berat seperti tukang tambal banpun disikat.

Apa dengan begitu cewek sudah setara dengan kaum adam? Eit, jangan cepat ambil kesimpulan dulu. Berikut adalah hal-hal kecil yang luput dari virus emansipasi:

1.    Kata-kata ‘Ladies First’
Hayo, seberapa sering ladies mengandalkan kata-kata ini dalam berbagai situasi yang ladies anggap urgent? Misalnya pas antri tiket nonton konser band favorit yang udah ladies tunggu-tunggu dan limited edision lagi. Wah, kalo keadaan begini, biasanya ladies menanggalkan dulu tuh yang namanya kesetaraan gender dengan memasang muka imut biar bisa dapat antrean paling depan. hihi... demi mendapatkan tiket idaman.

2.    Antar-Jemput
Bisa dihitung cewek yang mau antar-jemput kakak atau adik laki-laki dan sahabat laki-lakinya. Dalihnya sih, “itukan tugas cowok”. Nah loh? Padahal ngga ada salahnya kita gantian antar-jemput mereka. Selama itu adalah hal positif ya. Jangan pas mereka mau tawuran kita temenin juga, bahaya.


 3.    Bukain Pintu Mobil
What? Yup, hal kecil ini bisa jadi hitungan emansipasi juga. Sering terdengar komentar miris dari cowok, “katanya mau diperlakukan sama. Masa pintu mobil aja dibukain?”. Memang sudah sifat asli para cewek untuk meminta perhatian lebih dari lawan jenis. Dan tanpa sadarkan, bahwa ladies sendiri yang membedakan diri dengan mereka.

Tidak dapat dipungkiri, baik cewek maupun cowok semua sama dimata Tuhan. Namun, bukan berarti sebagai cewek bisa mengisi peran cowok seutuhnya. Begitu juga sebaliknya. Jadi, nggak ada gunanya tuh saling meremehkan satu sama lain. Karna kita diciptakan untuk saling melengkapi. Setuju?!!!!

by: LF


"Gimana mau kuliah, lo nggak ngerasain sih jadi anak sulung dengan dua adik yang masih kecil. Belum lagi bokap bermasalah dengan jantungnya dan tidak lagi bekerja. Nyokap gue cuma penjaga apotik. Emangnya menurut lo, gue punya pilihan setelah lulus?"

Hai Sobat, maaf nih openingnya udah marah-marah.

Kalimat diatas itu milik sahabat saya. Ketika itu kami sedang ngobrol santai di tangga dekat kelas. Doi memang pribadi yang terbuka dan selalu berbicara apa adanya. Itu yang membuat saya nyaman berteman dengannya. Selain itu, doi juga masih single, cantik, dan baik (hayo udah siap-siap minta akun facebook atau twitternya ya? Hihihi)

Ya, berhubung ini bukan lapak biro jodoh, saya kembalikan topik pada judul dimuka. Pasti sudah hafal dengan kalimat ini 'Hidup Itu Pilihan'.

Pilihan mau melanjutkan bernafas atau berhenti dan ... eh jangan bunuh diri dulu. Minimal sampai selesai baca lapak ini.

Entah kenapa ya, saya sering gregetan (-ala sherina) setiap dengar pertanyaan "emang ada pilihan lain?", seperti apa yang sahabat saya ucapkan diakhir kalimatnya. Masa kalah sama restoran cepat saji, mereka saja menawarkan banyak menu, menurut saya, begitu juga hidup.

"Banyak pilihan, namun semua menjebak"

Ah tidak juga. saya contohkan penilaian saya terhadap alur cerita film perahu kertas (mudah-mudahan semua tahu film ini. Ya minimal kalau belum tahu searching lah di google).

Kisah tentang Keenan yang memiliki bakat dalam melukis, namun tidak pernah didukung oleh sang ayah.

Keenan sempat memilih untuk menjadi pelukis, sampai ayahnya sakit dan tidak lagi sanggup menangani perusahaan keluarga. Keenanpun meninggalkan dunia lukis dan beralih menjadi direktur.

Singkat cerita, sayang banget (selain sayang buat Adipati Dolken yang berperan sebagai Keenan. Ups!), padahal ya, dia tak perlu sampai mengubur cita-citanya menjadi pelukis. Memangnya setiap detik yang ia lewati hanya sebagai direktur?

Kalau saya jadi Keenan, saya akan tetap geluti keduanya. Karna yang kita butuhkan hanya satu,yakni Komitmen :-)



Seperti kata pak Isa Alamsyah (penulis No Excuse), bahwa tidak ada manusia didunia ini yang fokus hanya pada satu tujuan. Dan dapat dikatakan bahwa hal tersebut wajar.

Kesimpulan lapak ini adalah,

'pilihan hanya ada antara yang baik dan paling baik. Dalam keadaan apapun, kita akan selalu dihadapkan pada pilihan. Kenapa? Karna pilihan kita sendiri yang buat, dan kita pula yang berkuasa mengaturnya'

Cocok? Bungkus!


Et, ini bukan tentang gulali atau lolipop, sob.

"Dunia itu indah, tapi menipu. Akhirat itu sangat indah, tapi tak terlihat. Maka lampauilah keindahan dunia dengan wawasan akhirat"

#hayo siapa yang udah siap-siap dengan handphone untuk update status atau ngetwit kata-kata diatas?
Boleh kok, Sob, saya juga coppas murni dari ust. Agus (salah satu penasihat di LKN PKPU)

Back to judul, apa sih maksudnya ujian nano-nano?

Gini loh, Sob, selama ini kita beranggapan bahwa ujian adalah musibah atau segala sesuatu yang tidak menyenangkan untuk kita. Misalnya, nilai matematika jelek, pas dijalan tidak sengaja menabrak anak tentara yg bercanda dipinggir jalan, eh sampai rumah kena omel nyokap lagi.

Sebenarnya Sob, bukan hanya kejadian-kejadian diatas yang bisa kita sebut ujian. Punya wajah cantik/tampan, dikasih uang jajan lebih sama bokap atau dianterin pulang sama sahabat itu juga bisa dibilang ujian.

Ilustrasinya:

Edi ikut lomba cipta lagu. Dan Alhamdulillah lagu doi terpilih sebagai lagu terinspiratif. Doi berhak mendapatkan hadiah berupa uang senilai Rp 500.000. Wih, senang bukan kepalang. Untuk ukuran pelajar yang sering bokek, doi berasa kejatuhan durian runtuh.

Tanpa fikir panjang lagi, doi calling teman sebangku, sobat tongkrongan, mantan gebetan,  dari SD sampai SMA. Nggak lupa juga ibu kantin yang sering diutangin. Edi membawa mereka kesebuah restoran untuk makan (iyalah, masa untuk macul?).

Saking bahagianya, Edi menghabiskan semua uangnya.

Sudah lihat belum Sob dimana letak ujian terselubung dari hadiah yg Edi terima?
#bantuan buat yang belum sadar, Edi itu pelupa. Ia tidak menyisihkan bahkan sebagian kecil uangnya untuk berbagi kepada orang yang membutuhkan. Boro-boro sedekah, ingat beli sesuatu untuk bokap nyokap aja nggak.

Nah disinilah Sob. Dibalik kenikmatan yang Allah berikan, selalu ada 'sesuatu' yang harus kita ingat, bahwa ujian itu memiliki banyak rasa dan warna.

Kalau kita ingat hal tersebut, asyik loh Sob. Jiwa raga kita akan selalu siap menerima keadaan apapun. Baik yang manis seperti yg nulis atau yang pahit seperti jamu ibu lahiran (tahukan rasanya?).

Tidak hanya itu Sob, kita juga senantiasa bersyukur kepada sang Pencipta.
Bicara soal syukur, sama halnya Sob dengan yang kita bahas diatas tadi. Jangan pas kita terima kenikmatan aja ingat Allahnya.

Coba kita berfikir ya Sob, siapa yang bisa memberikan udara untuk kita bernafas selain sang Maha Rahman? Ia selalu memberikan apa yang kita butuhkan bahkan tanpa kita memintanya. (Bukan berarti Sobat nggak perlu lagi berdoa. Untuk bab doa, dibahas dilapak lain ya).

Bersyukur juga nggak cuma dengan sedekah ratusan rupiah. Kata ust. Agus, ada syukur minimal Sob, yaitu, jika tubuh kita tidak sedang berbuat kebaikan, ya jangan digunakan untuk kejahatan.

Mantap yah?!
Yuk, lapak ini kita tutup dengan quote:

"Iman tidak menjamin kita untuk selalu berlimpah dan tertawa. Tetapi ia menjaminmu merasakan lembut belaian cintaNya pada apapun dera yg menimpanya"


Siph? Bungkus!
(thanx To Ust. Agus)

By: LF